Bojonegoro – Dalam upaya meningkatkan strategi usaha untuk Ketahanan dan Kemandirian Ekonomi bagi Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah Jawa Timur kembali dilakukan oleh IDFoS Indonesia melalui kegiatan diskusi reboan yang bertempat di Aula Rusunawa PCNU Bojonegoro, Rabu (22/05/2024).
Acara ini menghadirkan empat pemantik yaitu Joko Hadi Purnomo (Ketua IDFoS Indonesia), Farida Hidayati (DPR RI Komisi XI), Kusnandaka Tjatur Prasetijo (Mewakili PJ Bupati Bojonegoro), dan Aidil Wicaksono (Business Digital Trainer Mien R Uno Foundation) yang juga anggota Perkumpulan Filantropi Indonesia bersama IDFoS Indonesia.
Dalam sambutannya, Ketua IDFoS Indonesia Joko Hadi Purnomo mengatakan pihaknya menghadirkan multipihak, termasuk aktor-aktor pemangku kepentingan di era digital dengan percepatan teknologi yang luar biasa.
“Kami juga ingin berkontribusi agar UMKM dapat berkembang lebih cepat, berdaya, dan memiliki kemampuan jelajah yang luar biasa dengan adanya teknologi informasi. Namun, ada tantangan di mana sarana infrastruktur teknologi belum cukup mendukung di desa-desa kecil.” Jelasnya.
Selain itu pihaknya menekankan pentingnya pemberdayaan UMKM untuk membuka lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan, dan mendorong semua pihak seperti pengampu kebijakan, media, perguruan tinggi, korporasi, dan filantropi untuk menyampaikan gagasan dan mencari solusi.
“Kebijakan apa yang dapat dilakukan pemerintah agar produk UMKM bisa berkualitas dan kompetitif di pasar?” Terangnya.
Joko Hadi Purnomo juga menambahkan, “Kami berharap diskusi ini menghasilkan policy brief yang dapat disampaikan ke tingkat Kabupaten, Provinsi dan kepada Pemerintah Pusat.” Pungkasnya.
Farida Hidayati yang merupakan anggota DPR RI Komisi XI menyoroti bahwa modal merupakan keluhan utama pelaku UMKM. Menurutnya jika akuntabilitas dilakukan dengan bagus, perbankan akan percaya sepenuhnya. Selain itu dirinya juga menyarankan agar UMKM diberi insentif berupa kemudahan fasilitas dan pendampingan, bukan hanya uang.
“Undang-undang tahun nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) memberikan angin segar bagi UMKM karena himpunan bank milik negara diwajibkan untuk memberikan pinjaman kepada UMKM, dan pastinya harus diterapkan juga di daerah” Terangnya.
Sementara itu Kusnandaka, yang mewakili PJ Bupati Bojonegoro, menekankan pentingnya literasi digital. Menurutnya tanpa pengembangan SDM yang berkelanjutan, upaya kita tidak akan berhasil. Pria yang juga Asisten Daerah II Kabupaten Bojonegoro juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi UMKM di daerah.
“Sarana dan infrastruktur teknologi informasi di Bojonegoro sebenarnya juga belum sepenuhnya mendukung. Sehingga ini menjadi PR kita bersama baik pemerintah Desa, Kabupaten, Propinsi dan Pemerintah Pusat untuk mengupayakan infrastruktur TI hingga ke pelosok desa” imbuhnya.
Di penghujung pemantik, Aidil Wicaksono dari Mien R Uno Foundation menyampaikan bahwa tantangan terbesar UMKM adalah ketidakjelasan target yang ingin dicapai. “Pemerintah, Akademisi, NGO, Perusahaan dan UMKM sendiri memiliki kemauan yang sering kali tidak sama. UMKM masih belum tahu ke mana harus menuju,” ujarnya.
Output dan Outcome harus disusun dengan jelas, agar tahu apa yang mau dicapai. “Intinya cari tahu masalahnya UMKM dulu, baru dirumuskan strategi yang mau dilakukan” tambahnya.
Dalam penutupnya, Joko Hadi Purnomo menyampaikan beberapa poin penting: “Pertama, kita memiliki baseline data makro, tetapi detailnya mungkin tidak ada. Kedua, kolaborasi antar pihak sangat penting karena tidak ada yang bisa bekerja sendiri. Terakhir, membangun standarisasi untuk memastikan UMKM kompetitif, tidak hanya di pasar lokal.”
Rizal Zubad Firdausi selaku fasilitator, menyimpulkan bahwa segala tujuan program akan bagus apabila diawali dengan baseline yang bagus dan riset yang baik. Literasi bisnis itu penting agar kita tidak hanya berjalan tetapi juga berkembang.
Menurutnya dari perwakilan 25 lembaga yang hadir, telah terinventarisir berbagai permasalahan dan usulan solusi yang harus ditindaklanjuti untuk mewujudkan UMKM yang mandiri di era transformasi digital.(ric/red)