Bojonegoro – Bakal Calon Bupati (Bacabup) dan Bakal Calon Wakil Bupati (Bacawabup) pada Pilkada Bojonegoro terus bertambah. Jika sebelumnya terdapat dua kutub calon perempuan, yakni Anna Mu’awanah, mantan bupati Bojonegoro dan Nurul Azizah, Sekda Bojonegoro, kini muncul calon yang tidak boleh dipandang sebalah mata. Kedua figur tersebut adalah Setyo Wahono-Mayjen (Purn) Wardiyono.
Bagi warga Bojonegoro, Wahono dan Wardiyono bukanlah figur asing. Selain asli putra daerah, kedua figur tersebut juga memiliki pengalaman yang satu dengan lainnya bisa saling melengkapi. Setyo Wahono lebih banyak berkecimpung di dunia pemberdayaan masyarakat, sedangkan Wardiyono meniti karier di lembaga keprajuritan, yakni TNI Angkatan Darat. Karena itu, bisa jadi pasangan calon tersebut merupakan kuda hitam pilkada mendatang.
Banyak yang memprediksi jika kedua figur resmi berkolaborasi dan ditetapkan menjadi calon, basis dukungan untuk keduanya otomatis akan serentak bergerak. Belum lagi jika keduanya diusung oleh beberapa parpol yang memiliki perwakilan di DPRD Bojonegoro. Meski demikian, hingga kini belum diketahui secara pasti, siapa menjadi apa terkait kedua figur itu dalam Pilkada Bojonegoro nanti.
Besar kemungkinan, kedua figur tersebut akan mencalonkan diri melalui pintu parpol. Hal itu dimaklumi karena pendaftaran cabup dan cawabup melalui jalur independen sudah tertutup. Karena itu, mendaftar lewat kendaraan parpol dinilai paling rasional. Meski demikian, hingga kini juga belum tahu akan melalui partai apa kedua figur itu nanti mendaftar.
Mayjen (Purn) Wardiyono ketika dikonfirmasi wartawan enggan bicara banyak soal namanya dikait-kaitkan dalam Pilkada Bojonegoro tersebut. Sebab, sampai saat ini dirinya memang belum mempersiapkan apapun terkait Pilbup Bojonegoro.
”Masak sih nama saya disebut-sebut? Saya belum persiapan apa-apa mas. Kalau komunikasi-komunikasi memang sudah. Ya, sebatas komunikasi saja. Tidak lebih dari itu,” kata Mayjen (Purn) Wardiyono kepada wartawan, Rabu (22/5).
Apakah tidak turun kelas jika akhirnya benar-benar menjadi calon pada Pilkada Bojonegoro? Wardiono mengungkapkan bahwa, dalam dunia pengabdian kepada masyarakat, tidak ada istilah turun kelas. Apalagi bagi dirinya yang mengabdi puluhan tahun di dunia keprajuritan. Pernah dipimpin dan juga pernah memimpin merupakan hal yang biasa.
”Jangankan untuk jabatan bupati dan wakil Bupati, ibaratnya diminta jadi pesuruh warga saja, tidak masalah. Prinsipnya, pejabat publik adalah pelayan masyarakat,” kata Mas Biyon, panggilan akrab Mayjen (Purn) Wardiyono.
Bagi masyarakat Bojonegoro yang majemuk, dibutuhkan sosok yang mampu mengayomi dan memberi perhatian yang lebih kepada masyarakat. Mas Biyon lalu bicara soal pemeratan hasil sumber daya alam (SDA) yang harus diperuntukkan bagi kesejahteraan Bojonegoro tanpa pandang bulu.
”Jangan karena like and dislike, hasil kekayaan alam Bojonegoro hanya dinikmati kalangan tertentu saja. Itu tidak boleh terjadi,” kata pria asli Desa Ngujo, Kecamatan Kalitidu itu.
Apakah sudah bicara dengan Setyo Wahono? Wardiyono mengaku bahwa komunikasi sudah dilakukan dengan banyak pihak. termasuk bicara dengan Setyo Wahono. Meski demikian, bagi Wardiono, dalam posisi apapun, diakuinya tidak ada pembahasan. Yang ada hanya saling kabar dan komunikasi biasa saja.
”Kita masih cair menghadapi Pilkada Bojonegoro. Sebagai putra daerah, saya tentu mengamati dinamika yang terjadi belakangan ini,” kata Mas Biyon.
Sementara itu, Setyo Wahono ketika dikonfirmasi wartawan datar-datar saja merespon namanya disebut-sebut banyak kalangan terkait Pilkada Bojonegoro. Hanya, dia mengakui bahwa banyak warga dan juga relawan yang menginginkan agar dirinya mencalonkan diri dalam kontestasi pilkada mendatang.
”Terus terang saya masih menunggu dan melihat perkembangan. Banyak pihak yang menginginkan saya maju, tapi saya belum mengambil keputusan apapun,” terang Wahono.
Wahono mengaku mengalir saja terkait pilkada Bojonegoro itu. Akan tetapi sebagai putra daerah, dia tidak akan lari jika masyarakat yang meminta. Meski demikian, sama seperti Mas Biyon, Wahono juga mengaku belum mempersiapkan apapun menghadapi Pilkada Bojonegoro itu.
”Belum lah. Kalau ada yang pasang spanduk, banner, dan alat peraga lainnya, itu inisiatif dari masyarakat dan para relawan, dan saya tidak bisa melarang,” kata Wahono.
Seperti diberitakan, saat ini sedang berkembang terjadi dua kutub yang saling berhadapan. Yakni Anna Mu’awanah, mantan Bupati Bojonegoro dengan Nurul Azizah, Sekda Bojonegoro. Nurul sudah memastikan menggandeng Nafik Sahal, anggota Fraksi PKB DPRD Bojonegoro. Bahkan, keduanya juga sudah mendaftar melalui jalur independen.
Sementara itu, Anna Mu’awanah, mantan Bupati Bojonegoro periode 2018-2023 hingga kini belum menentukan sikap akan menggandeng siapa dalam Pilkada Bojonegoro November mendatang. Anna masih terlihat adem ayem, apalagi dalam Pileg 2024 yang lalu, Anna terpilih menjadi anggota DPR RI melalui dapil IX Jawa Timur yang meliputi Kabupaten Bojonegoro-Tuban melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).(ric/red)