Konsultasi Publik Kondisi Sanitasi Pesantren di Bojonegoro: IDFoS Indonesia Hadirkan Rekomendasi Kebijakan

 

 

Bacaan Lainnya

Bojonegoro – IDFoS Indonesia menyelenggarakan konsultasi publik pada Rabu, (7/8/2024) kemarin, untuk memaparkan kondisi sanitasi di pondok pesantren Kabupaten Bojonegoro. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak termasuk STIKES Rajekwesi, IAI Al Fatimah, LDII, Forum Komunikasi Pondok Pesantren, Lakpesdam, INFID, serta perwakilan dari Dinas Kesehatan, Kemenag Kab. Bojonegoro, dan Bappeda Bojonegoro.

 

Penelitian yang dilakukan bekerja sama dengan INFID ini melibatkan 359 pondok pesantren, dengan 177 lembaga menjadi sampel penelitian menggunakan teknik convenience sampling. Hasil riset ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi kebijakan untuk menangani masalah sanitasi di pesantren.

 

Bapak M. Yasin dari Kemenag Kabupaten Bojonegoro menyatakan, “Hal ini sangat membantu karena selama ini tidak ada bantuan atau kontribusi kepada pondok pesantren di wilayah kami mengenai hal ini. Kami sangat terbantu dengan riset dan inisiatif IDFoS Indonesia.” Bapak Fatkur Rozi, dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro menambahkan, “Masalah terkait air bersih di masyarakat mayoritas terjadi di pondok pesantren. Penyelesaian masalah ini memerlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk akademisi, pemangku kepentingan, dan pondok pesantren itu sendiri.”

 

Dalam acara tersebut, Rizal Zubad Firdausi, yang akrab disapa Mas Rizal, memaparkan hasil riset serta indikator-indikator kondisi sanitasi pesantren dan memberikan rekomendasi sebagai acuan penanganan masalah di lingkungan pesantren.

 

Dalam konsultasi publik ini, terungkap beberapa temuan kritis yang memerlukan perhatian segera. Hanya 6,21% pondok pesantren memiliki layanan kesehatan yang sangat baik, sementara 37,29% pesantren masih membutuhkan perbaikan signifikan dalam hal sanitasi. Beberapa kondisi kritis yang ditemukan termasuk kekurangan air bersih, pengelolaan limbah kamar mandi yang tidak memadai, serta penampungan dan pemilahan sampah yang buruk. Selain itu, perilaku sanitasi santri sangat dipengaruhi oleh kurangnya kebijakan dan program edukasi yang efektif. Pelayanan kesehatan di pesantren juga menunjukkan kondisi yang memprihatinkan dengan banyak poskestren yang tidak berfungsi dan perlunya bekerjasama dengan puskesmas setempat. Temuan-temuan ini menyoroti perlunya tindakan kolaboratif untuk meningkatkan standar sanitasi dan kesehatan di pesantren-pesantren Bojonegoro.

 

“Isu ini berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan atau SDGs, yang merupakan bagian dari kesepakatan global. Sanitasi menjadi elemen dasar bagi masyarakat Indonesia, termasuk pesantren, karena banyak masalah kesehatan bermula dari sanitasi. Dengan kerjasama IDFoS Indonesia dan INFID, riset ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi atau saran kebijakan bagi para pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat,” jelas Ketua IDFoS Indonesia, Pak Joko.

 

Kegiatan ini menandai langkah penting dalam upaya meningkatkan kondisi sanitasi di pesantren-pesantren di Bojonegoro, serta menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk mencapai tujuan ini.(ric/red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *