Bojonegoro – Dalam upaya mendorong pengembangan talenta kreatif dan membuka peluang di era digital, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama Ademos Indonesia menyelenggarakan Seminar Literasi Nasional bertajuk “Kecerdasan Digital: Akselerasi Talenta Kreatif dan Peluang Masa Depan di Era Digital” (19/12/24).
Acara yang berlangsung di The Dozs, Desa Dolokgede, Bojonegoro, ini dihadiri oleh tiga narasumber inspiratif yang telah membuktikan kiprah mereka di dunia literasi dan digital, ada Iqbal Aji Daryono, penulis buku Bergerak Bersama EMCL (2024). Akhyari Hananto, pendiri platform Good News From Indonesia dan seorang konsultan digital. Kemudian hadir sebagai Narasumber utama Ahmad Fuadi, penulis novel fenomenal Negeri 5 Menara, yang berbagi wawasan tentang pengembangan kreativitas dan manfaat menulis. Acara ini dimoderatori oleh Zaenal Arifin, Sekretaris Ademos Indonesia.
Hadir pula Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Bojonegoro, Siswoyo, Analis Senior Formalitas dan Komunikasi Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Perwakilan Jabanusa, Erwin Andriyanto Redy, dan Exterrnal Relation Coordinator Public and Government Affairs ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Rifqi Romadhon. Turut hadir pula Erick Firdaus, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bojonegoro, Wiwik Retnoningsih, Kabid PPM Bappeda Kabupaten Bojonegoro, Camat Gayam, Camat Kalitidu, dan Camat Tambakrejo.
Dalam sambutannya Erwin menyampaikan bahwa, “Seminar Literasi Nasional ini merupakan salah satu wujud kontribusi EMCL dalam mendukung pengembangan potensi masyarakat, untuk melahirkan peluang di era digital dengan pengembangan kapasitas kreatif para peserta.”
Rifqi Romadhon, sebagai perwakilan EMCL mengungkapkan ucapan terima kasih kepada Pemkab Bojonegoro dan berbagai pihak terkait yang telah membantu mensukseskan Program Literasi untuk Masyarakat Bojonegoro.
“Terima kasih untuk kolaborasi dan dukungan yg diberikan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan Ademos, yang membantu mensukseskan pelaksanaan program ini dan juga atas dukungan terhadap kelancaran operasi lapangan Banyu Urip” Terang Rifqi.
Peserta hadir dari kalangan guru, siswa, dan mahasiswa di Bojonegoro. Acara dibuka dengan penyampaian bahwa Bojonegoro memiliki potensi besar memanfaatkan peluang di era digital.
“Hari ini Bojonegoro, secara demografi didominasi oleh kalangan pemuda. Artinya, Bojonegoro memiliki peluang besar untuk memanfaatkan peluang digital, dari seminar ini, harapannya mampu meningkatkan kapasitas literasi masyarakat untuk pembangunan Bojonegoro ke depan,” tutur Zainal Arifin, yang akrab disapa dengan sebutan Arif.
Iqbal Aji Daryono, sebagai narasumber pertama, menyampaikan ada banyak platform digital, dan aplikasi tiktok hari ini menjadi media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat. Penulis asal Yogyakarta itu juga menambahkan bahwa banyak konten ataupun informasi yang ada di media sosial hari ini, perlu disaring agar para peserta mendapatkan informasi yang akurat. “Kita perlu menyaring informasi atau konten yang bertebaran di media sosial, agar bisa memanfaatkan media sosial dengan bijak,” tukas Iqbal.
Senada dengan Iqbal, Akhyari Hananto atau Ari menyampaikan bahwa selain media sosial, para peserta juga perlu memahami Artificial Intelligence atau AI dan menggunakannya secara bijak. AI perlu dipahami sebagai sebuah peluang, bukan ancaman yang akan mengganti pekerjaan manusia.
“Memang AI hari ini mengganti beberapa pekerjaan manusia, namun AI juga menghadirkan ribuan peluang yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan produktif dan lapangan pekerjaan baru. Kuncinya kita perlu memahami penggunaan AI, agar tidak tertinggal dengan perkembangan dunia hari ini,” ungkap pria asal Surabaya itu.
Terakhir sebagai narasumber utama, Ahmad Fuadi, menekankan pentingnya berpikir kreatif ditengah berbagai keterbatasan. Penulis Novel Negeri 5 Menara tersebut menceritakan pengalaman kecilnya yang mulai berani berpikir kreatif dan bermimpi dan bercita-cita, ketika berada di salah satu kamar kakeknya. Ahmad Fuadi juga menyampaikan bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh, pasti akan mendapatkan apa yang diinginkan. “Man jadda, wajada, siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan mendapatkan apa yang dicita-citakan,” tutur sosok Alif dalam Novel Negeri 5 Menara ini.
Seminar ini juga menjadi wadah bagi peserta untuk berdiskusi dengan para narasumber. Para peserta terlihat antusias ingin mengajukan pertanyaan. Irfan (35) contohnya, seorang guru, salah satu peserta menyampaikan pertanyaannya kepada para narasumber, tentang batasan penggunaan AI.
“AI perlu digunakan secara bijaksana, dan tetap perlu sentuhan hasil manusia, seperti yang diungkapkan Pak Ahmad Fuadi tadi, bahwa teknologi memang membantu manusia dalam melahirkan berbagai karya, namun tetap perlu sentuhan perasaan manusia, agar karya yang dihasilkan bisa lebih bernilai,” pungkas Ari.
Acara seminar yang merupakan rangkaian akhir dari Program Literasi untuk Masyarakat Bojonegoro, diinisiasi oleh EMCL bekerjasama dengan Ademos Indonesia ini ditutup dengan kesimpulan yang disampaikan oleh moderator, bahwa ada banyak potensi dan peluang di era digital, sebagaimana yang disampaikan Iqbal Aji Daryono, untuk lebih bijaksana dalam menerima informasi dan konten dari media sosial, kemudian dari Akhyari Hananto tentang pentingnya memahami dan menggunakan AI dalam membantu tugas manusia secara terukur. Serta Ahmad Fuadi, sebagai pemateri utama menyampaikan bahwa pentingnya berpikir kreatif dan terus mengasah imajinasi dengan menulis.
“Setiap orang minimal menulis satu buku seumur hidupnya. Sebab tulisan bekerja lebih kuat daripada peluru.” Pungkas Ahmad Fuadi.(lis/red)