Ternak kambing menjadi pilihan menguntungkan untuk memutar uang jadi berlipat. Umumnya peternak memilih penggemukan atau pengembangbiakan. Ternyata ini sudah banyak pemainnya. Peluangnya justru pada ternak kambing perah.
Untuk memahami usaha susu kambing ini, Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro melakukan kunjungan belajar ke Kandang peternak kambing Sapera Naafila Farm Desa Mojoranu, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Selasa (16/10/2024). Umar, pemilik peternakan kambing Sapera Naafila Farm, membeberkan rahasianya.
Umar mengaku mulai menggeluti usaha peternakan kambing sejak 6 tahun lalu. Mulai dari domba, Jawa Randu dan Sapera atau perah.
“Dari tiga jenis itu yang lebih menguntung Sapera,” ujar pria 60 tahun ini mengawali cerita.
Umar mengatakan, satu kambing Sapera dapat menghasilkan paling sedikit 1,5 liter susu per hari. Harga perliter susu berkisar Rp35 – 40 ribu. Margin keuntungan bisa mencapai 85-90 persen. Dalam sebulan penghasilannya bisa mencapai belasan hingga puluhan juta.
“Bisnisnya harus kombinasi, ada penghasilan harian dari susu, bulanan dari pengembangbiakan, dan musimam untuk daging,” ucapnya.
Bagaimana agar strateginya? Menurut Umar, pada prinsipnya perawatan semua jenis kambing itu sama. Yang membedakan penanganannya. Kebersihan kandang dan kesehatan hewan harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan.
Kambing Sapera, lanjut Umar, lebih mengutamakan pada pakannya karena akan berpengaruh terhadap jumlah susu yang dihasilkan. Pakan yang diberikan harus memiliki protein tinggi seperti kosentrat perah, ampas tahu dan hijauan.
“Kosentrat perah ini bisa diganti dengan kedelai dan kacang hijau yang direbus, kemudian dicampur ampas tahu,” jelas Umar.
“Pemberian pakan juga harus kontinyu. Kalau di sini pemberian pakan sehari 4 kali. Pagi ampas tahu dan kosentrat perah, jam 11 siang hijauan atau daunan, jam 4 sore kosentrat dan ampas tahu, dan jam 7 malam hijauan,” lanjutnya.
Umar menjelaskan, Naafila Farm sekarang ini memiliki 74 ekor kambing Sapera. Terdiri dari 14 ekor perah, 12 ekor sedang bunting, dan sisanya remaja dan peranakan. Jumlah susu yang dihasilkan sebanyak 15 liter setiap harinya.
Perah susu kambing Sapera bisa dilakukan setelah kambing melahirkan dan peranakannya berumur sekitar dua bulan. Perah susu dilakukan pada pagi hari setelah peranakannya dipisahkan dari indukannya pada malam hari.
“Pagi sampai siang peranakan kita kumpulkan dengan indukannya, kemudian pada malam hari kita pisah dan ditaruh di samping indukan. Pagi harinya susunya diperah. Begitu terus setiap harinya sampai kambing bisa diperah enam hingga tujuh bulan,” jelasnya.
Susu murni kambing Sapera produksi Naafila Farm dikemas dalam botol setengah liter untuk jual kepada konsumen. Penjualan dilakukan melalui media sosial (Medsos) serta beberapa reseller di wilayah Bojonegoro dan Tuban.
“Susu murni kambing Sapera ini baik bagi kesehatan. Bisa langsung diminum atau ditambah madu,” pungkas Umar.
Keberhasilan Naafila Farm dalam bisnis kambing perah ini mengundang minat anggota Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng untuk mengikuti jejaknya. Mereka berencana melakukan perkawinan silang kambing Jawa Randu dengan Sapera agar bisa menambah pendapatan ekonomi, selain dari hasil pengembangbiakan.
“Tertarik untuk mencoba. Apalagi tadi kata Pak Umar, Jawa Randu bisa disilangkan dengan Sapera, dan bisa menghasilkan susu,” ujar H Suraji, salah satu Ketua Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng.
Kunjung kandang Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng ke peternakan Naafila Farm ini merupakan rangkaian pelatihan pembuatan pakan dan pupuk program peternakan kambing berbasis masyarakat. Program pengembangan masyarakat ini dilaksanakan operator lapangan Banyu Urip, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bekerja sama dengan mitra pendamping, Lembaga Informasi dan Komunimasi Masyarakat Banyuurip Bangkit (LIMA 2B).
Program peternakan kambing berbasis masyarakat yang dilaksanakan Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng berupa pengembangbiakan kambing Jawa Randu yang dilakukan secara kelompok.
Dari 60 ekor kambing indukan Jawa Randu yang dikelola secara kelompok sejak sekitar 1,6 tahun lalu, sekarang ini sudah berkembangbiak menjadi 120 ekor. Peranakan kambing tersebut telah digulirkan kepada sebagian anggota kelompok untuk dirawat.
Kambing tersebut dikelola oleh 10 kelompok, dan masing-masing kelompok memiliki 25 anggota. Pada tahun 2024, EMCL kembali menambah dukungan kambing indukan Jawa Randu kepada kelompok ternak Randu Alas untuk mempercepat perguliran.
Selain itu, EMCL juga memberikan bantuan kambing Sapera untuk dikelola BUMDes Bareng. Bantuan ini diharapkan menjadi unit usaha baru bagi BUMDes untuk membantu meningkatkan pendapatan asli desa (PAD), dan mempercepat peningkatan ekonomi masyarakat.
Direktur LIMA 2B Mugito Citrapati menambahkan, kunjungan Kelompok Ternak Randu Alas Desa Bareng ke Naafila Farm ini merupakan rangkaian program yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya peternak dalam mengelola program peternakan kambing berbasis masyarat dari EMCL di Desa Bareng Kecamatan Ngasem.
“Salah satu kegiatannya antara lain pelatihan pembuatan pakan dan pupuk, serta pengelolaan kambing perah yang memiliki nilai ekonomi yakni produksi susu,” ungkapnya.
Selain itu, para peternak bisa saling bersilaturahmi dan bertukar pengalaman tentang cara mengelola usaha ternak kambing.
“Sekaligus memberikan motivasi kepada kelompok ternak dan pengurus BUMDes Bareng yang mengelola kambing Sapera. Agar mereka terus semangat dan bisa memajukan usaha peternakan kambing dengan segala potensinya,” imbuhnya.
Sementara itu, perwakilan EMCL, Marshya Camelia menyampaikan terima kasih kepada para peternak yang terus bersemangat membangun kemandirian. Semangat usaha dan bekerja keras ini merupakan modal baik dalam menumbuhkan kemandirian ekonomi masyarakat.
“Semoga program ini terus berkelanjutan dan memberi manfaat bagi masyarakat yang lebih luas,” pungkasnya.(ric/red)